Tuesday, December 30, 2014

Biarkan Gajah Menjadi Gajah



Gajah sumatera (Elephas maximus sumatrensis) adalah subspesies dari gajah asia yang hanya berhabitat di pulau Sumatera. Gajah Sumatera mempunyai ukuran tinggi badan sekitar 1,7-2,6 meter. Jika dibandingkan dengan Gajah Afrika, ukuran Gajah Sumatera lebih kecil. Gajah sumatera adalah mamalia terbesar di Indonesia, beratnya mencapai 6 ton. Herbivora raksasa ini sangat cerdas dan memiliki otak yang lebih besar dibandingkan dengan mamalia darat lain. Telinga yang cukup besar membantu gajah mendengar dengan baik dan membantu mengurangi panas tubuh. Belalainya digunakan untuk mendapatkan makanan dan air dengan cara memegang atau menggenggam bagian ujungnya yang digunakan seperti jari untuk meraup. Gajah Sumatera tinggal di dataran rendah, terutama di lokasi yang berdekatan dengan sungai. Setiap hari ia mengkonsumsi 200 kilogram makanan. Makanan tersebut akan menyisakan biji yang akan disebarkan dalam pengembaraan gajah yang bisa mencapai jarak 15 kilometer setiap harinya. Gajah Sumatera merupakan ‘spesies payung’ bagi habitatnya dan mewakili keragaman hayati di dalam ekosistem yang kompleks tempatnya hidup. Artinya konservasi satwa besar ini akan membantu mempertahankan keragaman hayati dan integritas ekologi dalam ekosistemnya, sehingga akhirnya ikut menyelamatkan berbagai spesies kecil lainnya.

Saat ini kondisi populasinya semakin menurun seiring dengan tingginya laju kehilangan hutan Sumatera, hanya tersisa 2.400 hingga 2.800 individu Gajah Sumatera di alam. Kehidupan mereka terancam oleh perburuan, deforestasi, dan hilangnya habitat, serta konflik dengan manusia. Saat ini status gajah sumatera telah ditingkatkan dari ‘Genting’ menjadi ‘Kritis’ dalam Daftar Merah (Red List) yang keluarkan oleh Lembaga Konservasi Dunia –IUCN. Banyak tindakan yang tidak manusiawi terhadap gajah seperti kejadian pada tahun lalu yang terjadi di Pekanbaru, bangkai empat ekor gajah ditemukan membusuk di areal perambahan dengan kondisi yang sangat mengenaskan. Mereka tidak di temukan dalam satu tempat yang sama tetapi tersebar di areal perambahan tersebut. Salah seorang warga yang menemukan gajah itu mengatakan pada saat ditemukan gajah tersebut masih ada nafasnya. Di Aceh juga di temukan seekor anak gajah yatim piatu, Raju. Raju di temukan warga Desa Blang Pante Kecamatan Paya Bakong Aceh Utara, sendirian di dalam hutan. Selama 25 hari Raju dalam perawatan Pusat Konservasi Gajah Saree, ia dalam pengawasan dokter hewan dan diasuh mahout (pawang) selama 24 jam. Raju diberi minum susu formula soya setiap dua jam. Harapan hidup Raju cukup besar di awal kedatangan di PKG Saree. Dia lincah, senang berjalan-jalan di halaman depan klinik gajah dan bermain bersama anak gajah bernama Agam. “Sejak awal kita punya harapan Raju akan bertahan, melihat kondisi kesehatan membaik dan diare sudah hilang,” kata Rosa, dokter hewan. Raju terus diare dan malnutrisi hingga mengalami dehidrasi. Berat badan menyusut hanya tinggal tulang berbalut kulit. Hingga akhirnya raju mati setelah menghabiskan 13 botol infus. Upaya yang sudah dilakukan pemerintah, dalam hal ini kementrian kehutanan bekerjasama dengan Taman Safari dan World Wide Fund (WWF), Taman Nasional Way Kambas merupakan taman nasional Pusat Konservasi Gajah yang terletak di daerah Lampung, yang diharapkan mampu menjadi pusat konservasi gajah dalam penjinakan, pelatihan, perkembangbiakan dan konservasi. Hingga sekarang PKG ini telah melatih sekitar 300 ekor gajah yang sudah disebar ke seluruh penjuru Tanah Air. Pemerintah juga telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk melindungi dan melestarikan habitat gajah. Tetapi kebijakan itu dirasa belum cukup untuk melindungi gajah dengan dibuktikannya banyak kasus gajah-gajah yang mati bahkan Taman Nasional Tesso Nilo pun telah dirambah menjadi pekerbunan kelapa sawit, disini terlihat kurang ketatnya pengawasan dan perlindungan yang dilakukan pemerintah dan longgarnya regulasi yang dilakukan pemerintah.

Setelah kita melihat fakta-fakta diatas gajah sumatera adalah fauna endemik indonesia yang harus dilindungi. Upaya konservasi gajah di Indonesia harus dapat lebih menyerap aspirasi masyarakat serta disesuaikan dengan agenda pembangunan di daerah. Oleh sebab itu, bisa dikatakan bahwa saat ini Indonesia belum memiliki strategi konservasi gajah yang komprehensif dan aktual. Perlu dilakukan pemutakhiran strategi konservasi gajah di Indonesia. Strategi konservasi dan rencana aksi secara nasional yang efektif dan aplikatif memerlukan informasi yang akurat, serta harus juga dapat mengkomodir aspirasi berbagai pihak supaya konservasi tidak menimbulkan kesan sebagai upaya yang menghambat pembangunan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat, melainkan dapat berjalan selaras dan dapat mendukung agenda pembangunan.

Sumber:
http://jambi.tribunnews.com/2014/12/30/upaya-pemerintah-atasi-konflik-gajah-dan-manusia-masih-minim
http://www.savesumatra.org/index.php/species/detail/2
http://www.wwf.or.id/program/spesies/gajah_sumatera/
http://gajah.blogdetik.com/index.php/page/2/

No comments:

Post a Comment