Gajah
sumatera (Elephas maximus sumatrensis) adalah subspesies dari gajah
asia yang
hanya berhabitat di pulau Sumatera. Gajah Sumatera mempunyai ukuran tinggi badan sekitar
1,7-2,6 meter. Jika dibandingkan dengan Gajah Afrika, ukuran Gajah Sumatera
lebih kecil. Gajah sumatera adalah mamalia terbesar di Indonesia, beratnya mencapai 6 ton. Herbivora raksasa ini sangat cerdas dan memiliki otak yang lebih besar dibandingkan dengan mamalia
darat lain. Telinga yang cukup besar membantu gajah mendengar
dengan baik dan membantu mengurangi panas tubuh. Belalainya digunakan untuk
mendapatkan makanan dan air dengan cara memegang atau menggenggam bagian
ujungnya yang digunakan seperti jari untuk meraup. Gajah Sumatera tinggal
di dataran rendah, terutama di lokasi yang berdekatan dengan sungai. Setiap hari
ia mengkonsumsi 200 kilogram makanan. Makanan tersebut akan menyisakan biji
yang akan disebarkan dalam pengembaraan gajah yang bisa mencapai jarak 15
kilometer setiap harinya. Gajah
Sumatera merupakan ‘spesies payung’ bagi habitatnya dan mewakili keragaman
hayati di dalam ekosistem yang kompleks tempatnya hidup. Artinya konservasi
satwa besar ini akan membantu mempertahankan keragaman hayati dan integritas
ekologi dalam ekosistemnya, sehingga akhirnya ikut menyelamatkan berbagai
spesies kecil lainnya.
Saat
ini kondisi populasinya semakin menurun seiring dengan tingginya laju
kehilangan hutan Sumatera, hanya tersisa 2.400 hingga
2.800 individu Gajah Sumatera di alam.
Kehidupan mereka terancam oleh perburuan, deforestasi, dan hilangnya habitat,
serta konflik dengan manusia. Saat ini status gajah sumatera telah ditingkatkan
dari ‘Genting’ menjadi ‘Kritis’ dalam Daftar Merah (Red List) yang keluarkan
oleh Lembaga Konservasi Dunia –IUCN. Banyak tindakan yang tidak manusiawi
terhadap gajah seperti kejadian pada tahun lalu yang terjadi di Pekanbaru,
bangkai empat ekor gajah ditemukan membusuk di areal perambahan dengan kondisi
yang sangat mengenaskan. Mereka tidak di temukan dalam satu tempat yang sama
tetapi tersebar di areal perambahan tersebut. Salah seorang warga yang
menemukan gajah itu mengatakan pada saat ditemukan gajah tersebut masih ada
nafasnya. Di Aceh juga di temukan seekor anak gajah yatim piatu, Raju. Raju di
temukan warga Desa Blang Pante Kecamatan Paya Bakong Aceh Utara, sendirian di
dalam hutan. Selama 25 hari Raju dalam perawatan Pusat Konservasi Gajah Saree,
ia dalam pengawasan dokter hewan dan diasuh mahout (pawang) selama 24 jam. Raju
diberi minum susu formula soya setiap dua jam. Harapan hidup Raju cukup besar
di awal kedatangan di PKG Saree. Dia lincah, senang berjalan-jalan di halaman
depan klinik gajah dan bermain bersama anak gajah bernama Agam. “Sejak awal
kita punya harapan Raju akan bertahan, melihat kondisi kesehatan membaik dan
diare sudah hilang,” kata Rosa, dokter hewan. Raju terus diare dan malnutrisi
hingga mengalami dehidrasi. Berat badan menyusut hanya tinggal tulang berbalut
kulit. Hingga akhirnya raju mati setelah menghabiskan 13 botol infus. Upaya
yang sudah dilakukan pemerintah, dalam hal ini kementrian kehutanan bekerjasama
dengan Taman Safari dan World Wide Fund (WWF),
Taman Nasional Way Kambas
merupakan taman nasional Pusat Konservasi Gajah yang terletak di daerah
Lampung, yang diharapkan mampu menjadi pusat konservasi gajah dalam penjinakan,
pelatihan, perkembangbiakan dan konservasi. Hingga sekarang PKG ini telah
melatih sekitar 300 ekor gajah yang sudah disebar ke seluruh penjuru Tanah Air.
Pemerintah juga telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk melindungi dan
melestarikan habitat gajah. Tetapi kebijakan itu dirasa belum cukup untuk
melindungi gajah dengan dibuktikannya banyak kasus gajah-gajah yang mati bahkan
Taman Nasional Tesso Nilo pun telah dirambah menjadi pekerbunan kelapa sawit,
disini terlihat kurang ketatnya pengawasan dan perlindungan yang dilakukan
pemerintah dan longgarnya regulasi yang dilakukan pemerintah.
Setelah
kita melihat fakta-fakta diatas gajah sumatera adalah fauna endemik indonesia
yang harus dilindungi. Upaya konservasi gajah di Indonesia harus dapat lebih
menyerap aspirasi masyarakat serta disesuaikan dengan agenda pembangunan di
daerah. Oleh sebab itu, bisa dikatakan bahwa saat ini Indonesia belum memiliki
strategi konservasi gajah yang komprehensif dan aktual. Perlu dilakukan
pemutakhiran strategi konservasi gajah di Indonesia. Strategi konservasi dan
rencana aksi secara nasional yang efektif dan aplikatif memerlukan informasi
yang akurat, serta harus juga dapat mengkomodir aspirasi berbagai pihak supaya
konservasi tidak menimbulkan kesan sebagai upaya yang menghambat pembangunan
dan pertumbuhan ekonomi masyarakat, melainkan dapat berjalan selaras dan dapat
mendukung agenda pembangunan.
Sumber:
http://jambi.tribunnews.com/2014/12/30/upaya-pemerintah-atasi-konflik-gajah-dan-manusia-masih-minimhttp://www.savesumatra.org/index.php/species/detail/2
http://www.wwf.or.id/program/spesies/gajah_sumatera/
http://gajah.blogdetik.com/index.php/page/2/
No comments:
Post a Comment